Monday, April 23, 2007

Edisi 75

Al kisah, terdapat seonggok tanah liat yang diambil seorang perajin gerabah. Tanah liat itu dipukul-pukul, tanah liat itu menjerit-jerit kesakitan. “Sakit-sakit! Jangan pukul aku!” Walaupun tanah liat itu berteriak sekeras apapun, orang itu tidak menggubrisnya. Setelah itu ia diputar-putar, tanah liat itu kembali berteriak, “Pusing-pusing!” Dan ternyata penderitaannya tak hanya itu, setelah itu ia dibakar di tungku yang panas, kemudian dijemur ditarik matahari. Tanah liat itu merasa panas tak terperi. Ia merasa tak kuat lagi, ia merasa nasibnya benar-benar malang.”Apa yang dilakukan orang ini? Mengapa ia begitu tega memperlakukanku seperti ini?” Kemudian tanah liat itu dicat, dijemur lagi dan diletakkan di depan sebuah cermin. Betapa terkejut tanah liat itu ketika melihat dirinya, ternyata ia telah berubah menjadi sebuah cangkir yang sangat cantik.
Ibarat kisah perjalanan tanah liat menjadi cangkir di atas, sebagai manusia pun kita mengalami hal yang sama. Berbagai macam ujian akan selalu menerpa kehidupan kita. Kita merasa menderita, sakit, lelah ketika menghadapinya. Namun bila kita berbekal keimanan dan kesabaran ketika menghadapinya, di akhir ujian itu tanpa kita sadari diri kita telah berubah. Bisa jadi tak tampak perubahannya di depan manusia, namun kita telah berubah menjadi cantik di mataNya. Mari kita nikmati ujian-ujian kehidupan ini sebagai proses perubahan kita untuk lebih baik, lebih sabar, lebih kuat di mataNya…

1 comment:

Ujang Fahmi Abdillah said...

Perumpamaan yang luar biasa. Semoga kita menjadi manusia yang beriman. Ketika mendapat kenikmatan bersyukur dan ketika mendapat musibah bersabar.